Sunday, December 25, 2011

La Tahzan For Teachers


Indonesia saat ini sangatlah membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni. Kemiskinan yang membludak menjadi bukti nyata bagaimana kurang mampunya anak bangsa dalam mengelola berlimpahnya kekayaan alam nusantara ini. Padahal manusia adalah sosok yang ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi, seperti yang tertera dalam Al Qur’an, surat Shaad: 26 “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

Pendidikan merupakan poin yang sangat berperan dalam pembentukan sumber daya manusia, baik dalam hal intelektual, emosional, dan spiritual. Dan sosok, selain orang tua, yang sangat berperan besar dalam menciptakan pendidikan yang berdaya guna adalah guru. Tak mudah menjadi seorang guru dengan berlimpah anak. Berbeda dengan orang tua yang ‘hanya’ menghadapi anaknya sendiri, seorang guru secara tidak langsung harus memperhatikan perkembangan dari anak muridnya yang berjumlah hingga puluhan orang.

Berbagai permasalahan yang tidak hanya menyangkut masalah fisik, tetapi juga kejiwaan, harus senantiasa diantisipasi dan ditangani oleh guru, dengan bekerjasama orang tua. Apalagi jika yang dihadapi oleh guru adalah anak murid yang menginjak usia remaja. Di mana usia tersebut ‘terkenal’ dengan masa-masa pemberontakan dan pencarian jati diri. Beragam karakter murid membuat penanganannya setiap masalah tidaklah sama, butuh tinjauan psikologi supaya dapat meminimalisir kesalahan dalam pengambilan tindakan.

La Tahzan For Teachers salah satu referensi yang layak untuk dibaca oleh guru, tak luput juga untuk orang tua. Banyak pelajaran yang dapat diserap dari berbagai kasus guru ketika berhadapan dengan berbagai karakter muridnya. Salah satu kasus yang menarik adalah adanya murid yang sangat hobi menyeletuk selama mata pelajaran berlangsung. Sebagian orang [guru_red] pasti akan menganggap bahwa dia seperti ini termasuk anak yang menjengkelkan dan layak diusir dari kelas. Namun, jika dianalisa lebih lanjut ada sebuah kecerdasan tersendiri yang sebenarnya tersimpan dalam kebiasaan yang kerap dinilai buruk ini.

“Barang siapa yang mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkan kepada manusia, maka ia telah mendapat pahala tujuh puluh orang shiddiq (orang yang benar dan membenarkan beliau seperti Abu Bakar As-Siddiq)”.

Derajad seorang guru di mata Islam pun sangat tinggi, bahkan Allah pun menjanjikan pahala yang begitu besar bagi siapapun yang mengajarkan ilmu bermanfaatnya dengan ikhlas. Hanya saja, sekiranya hal tersebut tidak membuat seorang guru menjadi jumawa dan merasa paling benar. Tidak hanya membahas mengenai permasalahan murid, dalam buku ini juga terdapat evaluasi-evaluasi bagi para guru. Merasa diri lebih benar seringkali terjangkit dalam diri orang yang berusia lebih tua, begitupun yang terjadi pada diri guru ketika menghadapi anak muridnya. Hal-hal senada itulah yang coba diulas dalam bab Rapor Seorang Guru. Sehingga pembenahan dapat dilakukan dari dua sisi, yaitu pendidik dan yang dididik.

Dalam buku ini semua kisah dijabarkan bersama dengan contoh-contoh kasus sekaligus analisa psikologi yang diuraikan dengan cukup mumpuni, mengingat dua penulis, Mbak Irmayanti yang berprofesi sebagai guru, dan Mbak Gita Lovusa, seorang lulusan pendidikan psikologi. So, sekiranya akan sangat bermanfaat jika buku ini menjadi bacaan wajib, terkhusus bagi para pendidik atau guru.

Judul : La Tahzan For Teachers
Penulis : Irmayanti & Gita Lovusa
Penyunting: Ratno Fadillah & Azzura Dayana
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Terbit : Desember 2010
Tebal : 196 halaman

kunjungi: http://parcelbuku.com

0 comments:

Post a Comment

My Blog List

 

. Template by Ipietoon Cute Blog Design